Niat merupakan perkara penting yang perlu diperharikan, ketika seseorang akan melakukan suatu amalan. Karena niat adalah poros dari segala amal. Nilai baik atau buruknya amal perbuatan seseorang di mata Allah, tergantung pada niatnya. Niat seharusnya ditujukan agar ikhlas, semata-mata karena Allah. Baik dalam perkataan, perbuatan, dan di setiap keadaan.
Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khattab ra., berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya semua perbuatan tergantung pada niatnya. Dan balasan bagi tiap-tiap orang itu tergantung apa yang diniatkan. Siapa yang niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena niat untuk mencari dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR Bukhari)
Sabda Nabi, “Semua perbuatan tergantung niatnya” adalah penegasan. Setiap perbuatan pasti dilandasi suatu motif atau niat.
Namun, perlu diketahui bahwa niat tiap orang itu bervariasi. Ada sebagian orang yang niatnya betul-betul dalam tingkat keikhlasan tertinggi. Tapi, ada juga sebagian yang niatnya rusak sampai pada titik paling rendah dan hina.
Sebagai gambaran, suatu perbuatan yang dilakukan oleh dua orang bisa jadi tampak sama secara lahiriah dari awal sampai akhir. Mulai dari ucapannya, gerakan, hingga tata caranya. Tapi sesungguhnya di antara amal perbuatan keduanya, ada perbedaan yang sangat jauh di mata Allah. Sama seperti perbedaan antara langit dan bumi.
Hal itu terjadi karena disebabkan niat dari masing-masing keduanya. Bisa jadi orang pertama berniat ikhlas karena Allah, sementara orang kedua niatnya tidak murni untuk Allah.
Baca juga : Inilah 8 Makanan Sehat yang Terbukti Bergizi bagi Tubuh Manusia
Niat adalah asas dalam setiap amal perbuatan. Maka niat yang berbeda-beda akan membuahkan hasil yang berbeda-beda pula.
Karenanya Rasulullah Saw. mengatakan, “… dan balasan bagi tiap-tiap orang itu tergantung apa yang diniatkan…”.
Jika seseorang berniat karena Allah dan untuk tujuan akhirat dalam setiap amal perbuatannya, maka ia akan memperoleh pahala kebaikan dari Allah. Sebaliknya, jika motivasi seseorang melakukan suatu amal perbuatan itu demi tujuan duniawi, maka apa yang akan ia dapatkan hanya sebatas tujuan dunia yang diharapkan tersebut. Tetapi tidak mendapatkan pahala kebaikan dari Allah.
Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw. membawakan contoh tentang seseorang yang melakukan aktivitas hijrah.
“…Barang siapa yang niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa niat hjrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan.”
Satu aktivitas yang sama, namun membuahkan hasil yang berbeda disebabkan niat yang berbeda pula.
Niat untuk Dunia versus Niat karena Allah, Bagaimana kata Al Quran?
Dalam Al Quran, Allah Swt. telah mensinyalir tentang perbedaan hasil yang akan diperoleh antara orang yang segala aktivitasnya hanya demi meraih kenikmatan dunia, dengan orang yang setiap aktivitasnya dilandasi niat ikhlas karena Allah semata.
Allah Swt.berfirman, “Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS Al Isra : 18)
Berdasarkan ayat tersebut, maka ada tiga kemungkinan yang diterima oleh orang yang motivasi utama amal perbuatannya hanya untuk dunia, yaitu:
- Pertama, meraih keuntungan dunia sesuai yang ia harapkan;
- Kedua, meraih sebagian dari apa yang ia ingingkan;
- Ketiga, tidak mendapatkan apa-apa.
Semua itu kembali kepada kehendak Allah Swt., karena Dia menyatakan, “Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki.”
Sementara orang yang melandasi segala amal perbuatannya karena Allah, maka usahanya akan diberi balasan yang baik.
Allah Swt. berfirman, “Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan Dia berfirman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS Al Isra : 19)
Maka penting bagi kita untuk senantiasa menjaga keikhlasan niat semata-mata karena Allah Swt. dalam setiap amal yang dikerjakan. Jangan sampai amal perbuatan bernilai sia-sia, karena niat yang tidak lurus. Mari lakukan semua amalan ikhlas karena Allah saja, ya!